Article Detail

Higher Order Thinking Skills

Higher Order Thinking Skills merupakan salah satu kemampuan yang akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian. Pada kurikulum 13 yang telah dilaksanakan serentak di seluruh sekolah di Surabaya, Higher Order Thinking Skills menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran dan penilaian. Untuk mewujudkan kemampuan HOTS (Higher Order Thinking Skills) maka perlu dibuat soal yang berkiblat pada pola piker HOTS.

Mengapa asesmen di Indonesia diarahkan ke model HOTS?

Asesmen diarahkan pada HOTS untuk menghasilkan output peserta didik yang mampu menjawab tantangan jaman. Pada abad 21 ini banyak kecakapan hidup yang diperlukan diantaranya peserta didik harus mempunyai kemampuan menghadapi lingkungan yang terus berubah, peserta didik harus memiliki kompetensi untuk mengatasi tantangan yang kian kompleks, memiliki keterampilan inti untuk kegiatan sehari-hari.

Untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah diharapkan peserta didik memiliki : iman dan ketakwaan, rasa ingin tahu yang besar, mampu berinovasi, gigih memperjuangkan sesuatu, mampu beradaptasi, kemampuan memimpin dan memiliki kesadaran social dan budaya.

Memiliki pengetahuan/kompetensi untuk mengatasi tantangan artinya yang kompleks artinya peserta didik mampu berpikir kritis dalam memecahkan masalah, kreatif, mampu berkomunikasi, mampu berkolaborasi.

Memiliki keterampilan inti untuk kegiatan sehari-hari, artinya peserta didik mampu melakukan kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan membaca, berhitung, literasi sains, literasi informasi, teknologi dan komunikasi, literasi keuangan, literasi budaya dan kewarganegaraan.

Semua keterampilan di atas harusnya diperoleh dan diperdalam di sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana pencapaiaanya maka perlu asesmen yang sesuai. Maka dalam proses asesmen perlu soal yang mendorong peserta didik berpikir bukan hafalan.

Soal yang mememiliki higher order thinking skills ternyata tidak selalu soal yang sulit dan rumit. Soal bisa saja sederhana, tapi merangsang anak untuk berpikir dan mencari cara pemecahannya. Bukan soal yang jawabannya bersifat hafalan atau benar salah. Bentuk soalpun tidak harus uraian. Ternyata soal pilihan gandapun bisa juga memuat HOTS, asal pilihan jawabannya membuat peserta didik berpikir kritis. Secara mudah soal HOTS dikenali dengan mengukur perilaku peserta didik untuk menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Apabila soal yang dibuat mengukur 3 perilaku tersebut, maka apapun bentuk soalnya dapat dikategorikan soal dengan HOTS.



Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment