Article Detail

Bersama Keluarga Itu Lebih Menyenangkan

Hari Sabtu itu Pak Markus hendak mengisi hari liburnya dengan berkebun di halaman belakang rumahnya. Bu Anna, istrinya, sibuk di dapur untuk memasak. Sementara Andreas, anak pertama mereka asyik bermain game di ruang tengah. Dan Petrus, anak kedua mereka tidak berkedip asyik membaca komik.

Tiba-tiba Bu Anna melihat bibit tanaman tomat yang dibeli oleh Pak Markus ketinggalan di meja dapur. Bu Anna memanggil Andreas, anak pertamanya.

“Andreas, tolong antar bibit tomat ini ke belakang. Ayahmu mungkin kebingungan mencarinya.”

“Ya, Ma. Sebentar. Tanggung!” jawab Andreas.

Satu menit, dua menit, hingga 30 menit berlalu, Andreas belum juga beranjak dari tempat duduknya. Akhirnya Bu Anna mendekati Petrus, anak keduanya.

“Petrus, tolong antar bibit tomat ini kepada ayahmu di kebun belakang. Mungkin saat ini ayahmu bingung mencarinya.”

“Ah, Mama. Ini lagi seru. Males, ah,” jawab Petrus.

Bu Anna menghela nafas panjang sambil melihat kedua anaknya bergantian. Dia kembali ke dapur. Bu Anna mempercepat pekerjaannya. Dia ingin segera menyusul Pak Markus dan membantunya.

Beberapa lama kemudian masakan sudah selesai. Bu Anna mengisi sebuah mangkok dengan pisang goreng buatannya. Kemudian dia pergi ke ruang tengah untuk mengambil bibit tomat itu. Lho … kok tidak ada? Bu Anna melihat berkeliling. Andreas, masih main game. Petrus? Bu Anna melangkah pergi ke halaman belakang rumah mereka.

Pemandangan yang dilihat Bu Anna membuatnya tersenyum. Bibit tomat sudah selesai ditanam. Tampak Pak Markus dan Petrus sedang menikmati es cendol sambil bercanda dengan penjualnya. Melihat ibunya, dari jauh Petrus melambai-lambaikan tangannya, menyuruh ibunya mendekat.

“Mama mau es cendol juga? Enak dan segar sekali es cendol Pak Johan ini.”

“Baiklah, Petrus. Ibu juga mau minum es cendol. Oh, ya, ini pisang goreng buatan Ibu. Tidak kalah enak lho dari es cendol Pak Johan.” Semua tertawa.

“Tentu saja, aku juga mau. Ayo, Pak Johan, cicipi pisang goreng Mamanya Petrus ini,” kata Pak Markus.

“Tidak usah, Pak. Terima kasih,” kata Pak Johan malu-malu.

“Ayolah, tidak apa-apa. Tidak usah sungkan!” Pak Markus menyodorkan mangkung berisi pisang goreng itu pada Pak Johan yang dengan malu-malu mengambil sepotong dan memakannya.

“Bagaimana, Pa, sudah selesai berkebunnya?” Tanya Bu Anna.

“Tentu saja, Ma. Berkat bantuan Petrus pekerjaanku jadi cepat selesai.”

“Besok kalau sudah panen, saya bantu menjualnya,” kata Pak Johan.

“Jadi keliling menjajakan es cendol dan tomat? Ha … ha … boleh juga usul Pak Johan,” sahut Pak Markus. Mereka terus menikmati es cendol dan pisang goreng itu sambil bercanda.

Suara tawa mereka didengar oleh Andreas. Akhirnya ia berjalan ke belakang, ingin tahu. Tampak adiknya, Petrus, berseri gembira menikmati es cendol dan bercanda dengan penjual dan orang tua mereka. Andreas jadi tidak senang melihatnya.

“Kalian sedang apa? Aku kok tidak ditawari es cendolnya?” katanya memberengut.

“Es cendol ini khusus untuk para pekerja, bukan pemain game,” kata Bu Anna menjawab.

“Ah, Mama. Aku juga mau es cendol.”

“Gamenya sudah selesai?” Tanya Bu Anna.

“Maaf, Ma. Di sini kayaknya lebih seru.”

“Ow, kamu baru sadar? Tentu saja. Kerja bareng, makan bareng, bercanda bareng itu menyenangkan. Ayo, duduklah. Pak Johan, es cendolnya satu lagi, ya!”

“Siap, Bu.”

Andreas akhirnya bergabung dengan mereka. Dia bisa ikut bercanda dan bergembira bersama keluarganya. Dia mendapat tugas merapikan alat-alat berkebun. Ternyata asyik dan menyenangkan sekali bekerja dan bercanda bersama keluarga, lebih asyik daripada main game. (Caesilia A)


Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment